Jumat, 30 Agustus 2013

Resensi 12 Menit by Oka Aurora : Dreaming is Believing

Judul Buku     : 12 Menit
Pengarang      : Oka Aurora
Penerbit         : Noura Books (PT. Mizan Publika)
Tahun Terbit  : 2013
Tebal Buku    : XIV + 348
ISBN            : 978-602-7816-33-6



          12 Menit (Noura Books, 2013) adalah sebuah cerita inspiratif. Cerita orang-orang yang tak takut meraih mimpi seperti yang teradi pada Marching Band Bontang Pupuk Kaltim. Akan tetapi, Oka Aurora, penulis novel ini, membuat novel ini kaya dan penuh warna dengan latar penjelasan tentang musik dan budaya yang kuat. 12 Menit merupakan novel pertama Oka yang diadaptasi dari skenario filmnya yang keempat.

"Dan kalian memang akan bekerja keras. Tidak hanya untuk diri sendiri, tapi untuk orang-orang di sebelah kalian,"
"Dalam dua belas minggu ke depan, kita akan menghabiskan ratusan jam, siang dan malam, demi dua belas menit. Dua belas menit di istora nanti."
"Dua belas menit ini yang akan menentukan apakah kita yang akan menjadi juara. Dua belas menit ini yang menentukan apa yang akan kita kenang seumur hidup." (Hal 83)

          Marching Band? Hiburan di kala upacara-upacara besar. Akan tetapi melalui novel 12 Menit ini, Marching Band bukanlah hiburan semata di kala upacara. Melainkan sebuah profesi yang tidak bisa diremehkan. Memerlukan bakat, ketekunan, dan kesabaran.

          Anak-anak daerah Marching band Bontang Pupuk Kaltim memiliki mimpi untuk menjadi juara umum pada saat GPMB (Grand Prix Marching Band) nanti. Mereka berjuang keras, menghabiskan ratusan jam, hanya untuk dua belas menit. 

          Adalah Rene, lulusan luar negeri yang sering membawa Marching Bandnya menjadi juara di GPMB berturut-turut. Akhirnya dipinang oleh perusahaan besar untuk menjadi pelatih di Marching Band Bontang Pupuk Kaltim.

          Rene yang kerap sekali menyemangati mereka dengan menyatakan bahwa sebuah kemenangan diawali dengan kemenangan perjuangan melawan diri sendiri. Benar adanya. Bila saja diri sendiri susah dimenangkan, maka keterbatasan itu tak ada artinya. Pada awalnya Marching Band Bontang ini tak memiliki skill yang sempurna dan kepercayaan diri mereka juga rendah. Rene seperti 'sumber' dari ceritanya.

          Tara, gadis muda berbakat namun memiliki keterbatasan pendengaran akibat kecelakaan yang merenggut nyawa ayahnya. Dengan itu, Tara selalu menyalahkan dirinya sendiri. Tara yang awalnya hanyalah seorang cadet band berkeinginan untuk masuk ke tim inti. Akhirnya Tara masuk ke tim inti. Kepemimpinan Rene yang keras membuat Tara meragukan dirinya bahwa ia bisa. Apakah ia berhasil mengalahkan dirinya sendiri?

          Elaine, gadis pindahan dari Jakarta ke Kalimantan tepatnya di Bontang yang mengikuti ayahnya pindah tugas. Elaine mencintai Marching Band seperti Marching Band mencintai dirinya. Elaine mengorbankan olimpiade fisika demi Marching Band dan Elaine terpilih menjadi field commander dalam Marching Band Bontang. Namun ayahnya menentang keras hal itu menganggap semua hal itu sia-sia.

          Berbeda dengan Ayah Lahang yang sangat mendukung Lahang dalam bermusik. Ayahnya yang sakit-sakitan membuat Lahang ragu melangkah. Dilema antara mengikuti pertandingan marching band atau menjaga ayahnya. Ia sama-sama takut. Takut tak dapat mewujudkan impiannya sendiri dan takut akan kehilangan ayahnya saat ia tak berada disamping ayahnya.

          Sejak awal, plot cerita dibangun dengan kuat, sehingga membuat pembaca penasaran bagaimana akhir kisah perjuangan mereka. Membuat saya ingin cepat-cepat menghabiskan novel ini atau mengintip ke bagian ending saja. Penulis mengajak pembaca untuk mengenal dan memahami dunia marching band dengan cara yang sangat jelas dan dalam sehingga dapat dinikmati dengan baik oleh pembaca. Tak hanya itu, deskripsi setting dan budaya yang luar bisa detail juga semakin menambah nilai plus novel ini.

          Di novel ini memang banyak pesan moral dan pelajaran hidup yang memotivasi serta menginspirasi. Hal itu tak hanya tercermin pada sosok Rene yang pantang menyerah, tegas, disiplin, dan suka memotivasi banyak orang. Sosok Tara yang memiliki keterbatasan fisik bukanlah penghambat meraih mimpi. Sosok Elaine yang gigih dan tekun untuk membuat mimpi itu terjadi, membuat sang ayah yang dulunya menentang menjadi mendukung. Sosok Lahang yang mempunyai janji pada sang ayah membuat semangatnya semakin berkobar. Opa, Oma, Bapak Lahang, Papa Elaine tak luput dari memotivasi dan menginspirasi.

"Dan siapapun yang tak takut pada ketinggian, berarti tak takut jatuh. Tak takut hidup." (Bapak Lahang -  Hal. 171)

"Aku pilih apa pun yang lebih cepat. Bukan karena waktu adalah uang. Tapi, justru karena waktu lebih berharga daripada uang." (Ayah Elaine - Hal. 25)

"Berapa pun waktu yang diberikan, tak seharusnya di habiskan dengan ketakutan,"
"karena ketakutan, anakku, tak akan pernah menyambung hidupmu. Yang akan menyambung hidupmu, hanya keberanian." (Bapak Lahang - Hal. 104)

          Pemberian judul-judul setiap bab yang menurut saya unik juga patut diacungi jempol. Judul-judul ini tentu saja memancing rasa penasaran pembaca sehingga tak segan membalik halaman untuk terus membaca memahami makna dari judul itu. Karakteristik semua tokoh juga meninggalkan kesan kuat untuk pembaca. Novel ini ditulis dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Tidak adanya typo, pemilihan diksi yang tepat dan font tulisan yang pas membuat novel ini enak dibaca berlama-lama. Salah satu cerita yang membuat saya bingung pada Bab 18 ( Konser di Atas Perahu). Bukankah sebelumnya Rene dan Tara pernah bertemu dan sudah kenal? Kenapa pada bab ini seolah-olah terasa asing?

Gadis yang dipanggil Tara tadi tak bereaksi.

Sedangkan pada bab sebelumnya Bab 15 (Fokus, Tara!) sudah seperti antara pelatih dan anggota.

          Dibalik semua nilai plus diatas, ada satu kekurangan novel ini yang membuat saya sebagai pembaca merasa sedikit terganggu, yaitu mengenai pengenalan marching band seperti battery, cadet band, color guards, department, dan lain-lain menurut saya akan lebih baik jika diletak di bagian footnote. Agar lebih memudahkan pembaca memahami maksudnya. Tidak membolak-balik ke halaman akhir di bagian glosarium untuk mencari arti kata tersebut. Saya pribadi menganggap ini agar lebih jelas maksud dari kata battery, lebih panjang penjelasannya, sedangkan jika diletak di footnote tidak terlalu jelas nantinya.

          Penulis, lewat para tokoh, seolah menanamkan bahwa mimpi bisa saja diraih semua orang. Walau ia memiliki keterbatasan dan dari sebuah kota pelosok sekalipun. Jika kita dapat mengalahkan diri kita sendiri dan mempercayai diri kita sendiri 'bahwa mimpi harus kau percayai agar terwujud'. Dreaming is Believing. Dan kita bersama-sama akan menyerukan, Vincero!!

          Terlepas dari kekurangan dan kelebihan di atas, novel 12 Menit ini sangat layak mendapatkan tempat di rak buku Anda. Terlebih untuk anda yang menyukai novel-novel inspiratif dengan banyak pesan moral dan pelajaran hidup. 4.5 of 5 stars for 12 Menit by Oka Aurora.

Resensi ini diikutsertakan dalam lomba resensi novel 12 Menit : Dreaming is Believing

1 komentar: