Senin, 02 Desember 2013

[LPM] Meet & Greet with Nina Ardianti (+ Giveaway)

Berawal dari sebuah tweet dari penerbit Gagas Media


pergilah saya ke Tunjungan Plaza Surabaya pada Sabtu siang tanggal 23 November 2013 untuk menghadiri acara "Meet and Greet with Nina Ardianti". Acaranya diadakan di Toko Buku Gramedia. Mulai dari pukul 2 siang sampai 4 sore.

Saya tiba sekitar pukul setengah 2, tapi karena makan dan pergi ke gerai Axis terlebih dahulu, saya baru sampai di Gramedia pukul 2 lewat dikit. Sampai di sana, saya langsung menemukan tempat Meet and Greet akan dilaksanakan. Tempatnya cukup strategis menurut saya. Kursi-kursi dan sofa diatur tidak terlalu jauh dari kasir, sehingga tempatnya mudah ditemukan dan menarik perhatian banyak orang yang lalu lalang. 

Acaranya baru dimulai sekitar pukul 14:15. Acaranya dibuka oleh salah seorang karyawan Gramedia (yang juga bertindak sebagai moderator) dan, pastinya, oleh Mbak Nina Ardianti.

Nina Ardianti (kiri) dan sang moderator (kanan) yang saya lupa namanya 
*sungkemin Mbak Moderator

Mbak Nina bercerita bahwa kedatangannya di Surabaya, sebenarnya, dalam rangka dinas kantor. Mbak Nina kemudian menawarkan pada penerbit untuk sekalian melakukan acara Meet & Greet dan disetujui oleh pihak penerbit.

Dalam pembicaraannya, Mbak Nina bercerita tentang bagaimana novel ini bisa dijuduli "Restart" (yang ternyata berasal dari editornya. Beberapa judul yang dia tawarkan ditolak oleh editor). Juga bagaimana dia merasa jatuh cinta pada karakter yang dia ciptakan, walau juga mengakui bahwa karakter cowok seperti itu rasanya "too good to be true".

Mbak Nina juga mengungkapkan bahwa dia merasa bahwa plot yang dia tulis itu "standar saja", tapi yang membuatnya menarik adalah gaya penulisan novelnya.

Selain acara bincang-bincang, ada juga acara tanya jawab dengan orang-orang yang hadir di Meet and Greet tersebut. Ini dia rangkuman beberapa pertanyaan yang diajukan dalam sesi itu (bukan kalimat langsungnya):

Q: Siapa penulis favorit Mbak Nina?

A: Kalau penulis luar, suka dengan Julie James dan Lindsey Kelk. Kalau dulu juga suka sama Meg Cabot. Kalau dalam negeri, suka sama Christian Simamora, Ika Natassa, dan aliaZalea

Q: Gimana sih caranya biar gak mandeg saat menulis?

A: Naskahnya bisa didiemin dulu. Bisa juga dengan cara mendiskusikan naskahnya dengan orang yang suka membaca novel dengan genre yang sama dengan yang sedang ditulis. Cara lain adalah dengan punya editor galak.

Q: Bagaimana caranya agar bisa menulis di sela-sela pekerjaan?

A: Sebaiknya tidak menulis di "sela-sela pekerjaan". Kalau waktunya kerja, ya kerja. Kalau malam, setelah pulang kerja, baru nulis. Tidak ada tips khusus. Pintar-pintar bagi waktu aja.

Q: Apa sih susah senangnya menulis novel ini ("Restart")?

A: Senangnya, karena bisa inteview dengan artis yang sudah pernah main film. (Yang tidak disebutkan namanya waktu itu, tapi saya duga sebagai Fedi Nuril, karena namanya tertera di bagian "Gratitude").

Susahnya, karena novel ini lama keluarnya. Penulisannya sudah selesai sejak Agustus 2012, tapi terbitnya baru pada Mei 2013 ini.

Q: Kenapa kover novelnya bergambar alat band? Padahal ceritanya kan tentang move on?

A: Kalau soal kover, itu urusan penerbit. Penerbit sendiri memberikan sekitar 7 pilihan kover, kemudian dipilih 2 atau 3, lalu minta teman-teman untuk voting kover favorit.

Q: Ada 2 lagu dalam "Restart". Liriknya bagus-bagus. Dapat inspirasi dari mana?

A: Liriknya buatan Indra Soaloon Situmorang, teman yang punya hobi baca buku bahasa Inggris dengan bahasa yang berat.

Untuk liriknya, Gagas sempat membuat lomba menulis lagu berdasarkan lirik di "Restart". Hasilnya bisa dicek di SoundCloud GagasMedia.

Q: Bagaimana cara agar penulis baru bisa mendapat penerbit?

A: Sesuaikan genre naskah dengan genre penerbit. Kirimkan naskah ke penerbit yang genrenya sesuai dengan genre naskah yang kamu tulis.

Q: Dalam kondisi bad mood, apakah kita harus tetap memaksa diri untuk menulis?

A: Bisa menuliskan idenya dulu. Tulis inti apa yang ingin disampaikan. Tidak perlu memaksa diri untuk menulis keseluruhan cerita yang lengkap.

Q: Awalnya naskah "Restart" ini berapa halaman? Setelah revisi, hasilnya jadi berapa halaman?

A: Awalnya 175 halaman, ukuran kertas A4. Font Cambria, ukuran 11. Setelah revisi jadi sekitar 194 halaman.

Q: Punya akun Twitter?

A: Punya. @NinaArdianti.

Q: Dalam menulis, apakah punya daftar klise dalam cerita yang dihindari?

A: Tidak. Memang tidak menghindari klise, tapi fokus ke cara penulisannya. Sehingga walau klise, tapi tetap enak dibaca.

Mbak Nina juga memberi sedikit bocoran tentang proyek yang sedang dikerjakannya saat ini. Katanya Mbak Nina sedang menulis novel teenlit saat ini. Katanya ini sebagai tanggapan atas permintaan adiknya, yang duduk di kelas 2 SMP, yang bosan pada novel teenlit saat ini yang kebanyakan klise di soal cheerleader yang rebutan Ketua OSIS jago basket.

It was a good talk with a lot of laughter.

Secara keseluruhan, saya sangat menikmati acara Meet and Greet-nya. Mbak Nina banyak membagikan cerita di balik layar "Restart" dan juga ada banyak momen yang sukses memancing tawa. Walau ada juga masalah teknis yang amat mengganggu, yakni mikrofon yang berkali-kali menghasilkan dengingan tinggi yang membuat telinga tidak nyaman. 

Saya sendiri membeli buku "Restart" di acara itu. Lumayan. Dapat diskon 10% dan tanda tangan penulisnya.


Giveaway time!

Waktunya giveaway! Saya membagikan 1 buah novel "Restart" karya Nina Ardianti secara gratis. Novel yang saya berikan bukan novel bertanda tangan, tapi novel yang masih baru dan terbungkus plastik.

Peraturan giveaway-nya seperti biasa.

  1. Peserta berdomisili di wilayah Indonesia.
  2. Silahkan mengisi kolom Rafflecopter di bawah ini.
  3. Giveaway berlangsung dari 25 November 2013 - 15 Desember 2013.
  4. Keputusan pemenang tidak dapat diganggu gugat.
  5. Bila dalam 48 jam tidak ada respon dari pemenang, maka akan dipilih seorang pemenang baru.

Nampang dikit gak apa-apa kan yah. :p

Info selengkapnya, silahkan cek disini :)

Jumat, 30 Agustus 2013

Resensi 12 Menit by Oka Aurora : Dreaming is Believing

Judul Buku     : 12 Menit
Pengarang      : Oka Aurora
Penerbit         : Noura Books (PT. Mizan Publika)
Tahun Terbit  : 2013
Tebal Buku    : XIV + 348
ISBN            : 978-602-7816-33-6



          12 Menit (Noura Books, 2013) adalah sebuah cerita inspiratif. Cerita orang-orang yang tak takut meraih mimpi seperti yang teradi pada Marching Band Bontang Pupuk Kaltim. Akan tetapi, Oka Aurora, penulis novel ini, membuat novel ini kaya dan penuh warna dengan latar penjelasan tentang musik dan budaya yang kuat. 12 Menit merupakan novel pertama Oka yang diadaptasi dari skenario filmnya yang keempat.

"Dan kalian memang akan bekerja keras. Tidak hanya untuk diri sendiri, tapi untuk orang-orang di sebelah kalian,"
"Dalam dua belas minggu ke depan, kita akan menghabiskan ratusan jam, siang dan malam, demi dua belas menit. Dua belas menit di istora nanti."
"Dua belas menit ini yang akan menentukan apakah kita yang akan menjadi juara. Dua belas menit ini yang menentukan apa yang akan kita kenang seumur hidup." (Hal 83)

          Marching Band? Hiburan di kala upacara-upacara besar. Akan tetapi melalui novel 12 Menit ini, Marching Band bukanlah hiburan semata di kala upacara. Melainkan sebuah profesi yang tidak bisa diremehkan. Memerlukan bakat, ketekunan, dan kesabaran.

          Anak-anak daerah Marching band Bontang Pupuk Kaltim memiliki mimpi untuk menjadi juara umum pada saat GPMB (Grand Prix Marching Band) nanti. Mereka berjuang keras, menghabiskan ratusan jam, hanya untuk dua belas menit. 

          Adalah Rene, lulusan luar negeri yang sering membawa Marching Bandnya menjadi juara di GPMB berturut-turut. Akhirnya dipinang oleh perusahaan besar untuk menjadi pelatih di Marching Band Bontang Pupuk Kaltim.

          Rene yang kerap sekali menyemangati mereka dengan menyatakan bahwa sebuah kemenangan diawali dengan kemenangan perjuangan melawan diri sendiri. Benar adanya. Bila saja diri sendiri susah dimenangkan, maka keterbatasan itu tak ada artinya. Pada awalnya Marching Band Bontang ini tak memiliki skill yang sempurna dan kepercayaan diri mereka juga rendah. Rene seperti 'sumber' dari ceritanya.

          Tara, gadis muda berbakat namun memiliki keterbatasan pendengaran akibat kecelakaan yang merenggut nyawa ayahnya. Dengan itu, Tara selalu menyalahkan dirinya sendiri. Tara yang awalnya hanyalah seorang cadet band berkeinginan untuk masuk ke tim inti. Akhirnya Tara masuk ke tim inti. Kepemimpinan Rene yang keras membuat Tara meragukan dirinya bahwa ia bisa. Apakah ia berhasil mengalahkan dirinya sendiri?

          Elaine, gadis pindahan dari Jakarta ke Kalimantan tepatnya di Bontang yang mengikuti ayahnya pindah tugas. Elaine mencintai Marching Band seperti Marching Band mencintai dirinya. Elaine mengorbankan olimpiade fisika demi Marching Band dan Elaine terpilih menjadi field commander dalam Marching Band Bontang. Namun ayahnya menentang keras hal itu menganggap semua hal itu sia-sia.

          Berbeda dengan Ayah Lahang yang sangat mendukung Lahang dalam bermusik. Ayahnya yang sakit-sakitan membuat Lahang ragu melangkah. Dilema antara mengikuti pertandingan marching band atau menjaga ayahnya. Ia sama-sama takut. Takut tak dapat mewujudkan impiannya sendiri dan takut akan kehilangan ayahnya saat ia tak berada disamping ayahnya.

          Sejak awal, plot cerita dibangun dengan kuat, sehingga membuat pembaca penasaran bagaimana akhir kisah perjuangan mereka. Membuat saya ingin cepat-cepat menghabiskan novel ini atau mengintip ke bagian ending saja. Penulis mengajak pembaca untuk mengenal dan memahami dunia marching band dengan cara yang sangat jelas dan dalam sehingga dapat dinikmati dengan baik oleh pembaca. Tak hanya itu, deskripsi setting dan budaya yang luar bisa detail juga semakin menambah nilai plus novel ini.

          Di novel ini memang banyak pesan moral dan pelajaran hidup yang memotivasi serta menginspirasi. Hal itu tak hanya tercermin pada sosok Rene yang pantang menyerah, tegas, disiplin, dan suka memotivasi banyak orang. Sosok Tara yang memiliki keterbatasan fisik bukanlah penghambat meraih mimpi. Sosok Elaine yang gigih dan tekun untuk membuat mimpi itu terjadi, membuat sang ayah yang dulunya menentang menjadi mendukung. Sosok Lahang yang mempunyai janji pada sang ayah membuat semangatnya semakin berkobar. Opa, Oma, Bapak Lahang, Papa Elaine tak luput dari memotivasi dan menginspirasi.

"Dan siapapun yang tak takut pada ketinggian, berarti tak takut jatuh. Tak takut hidup." (Bapak Lahang -  Hal. 171)

"Aku pilih apa pun yang lebih cepat. Bukan karena waktu adalah uang. Tapi, justru karena waktu lebih berharga daripada uang." (Ayah Elaine - Hal. 25)

"Berapa pun waktu yang diberikan, tak seharusnya di habiskan dengan ketakutan,"
"karena ketakutan, anakku, tak akan pernah menyambung hidupmu. Yang akan menyambung hidupmu, hanya keberanian." (Bapak Lahang - Hal. 104)

          Pemberian judul-judul setiap bab yang menurut saya unik juga patut diacungi jempol. Judul-judul ini tentu saja memancing rasa penasaran pembaca sehingga tak segan membalik halaman untuk terus membaca memahami makna dari judul itu. Karakteristik semua tokoh juga meninggalkan kesan kuat untuk pembaca. Novel ini ditulis dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Tidak adanya typo, pemilihan diksi yang tepat dan font tulisan yang pas membuat novel ini enak dibaca berlama-lama. Salah satu cerita yang membuat saya bingung pada Bab 18 ( Konser di Atas Perahu). Bukankah sebelumnya Rene dan Tara pernah bertemu dan sudah kenal? Kenapa pada bab ini seolah-olah terasa asing?

Gadis yang dipanggil Tara tadi tak bereaksi.

Sedangkan pada bab sebelumnya Bab 15 (Fokus, Tara!) sudah seperti antara pelatih dan anggota.

          Dibalik semua nilai plus diatas, ada satu kekurangan novel ini yang membuat saya sebagai pembaca merasa sedikit terganggu, yaitu mengenai pengenalan marching band seperti battery, cadet band, color guards, department, dan lain-lain menurut saya akan lebih baik jika diletak di bagian footnote. Agar lebih memudahkan pembaca memahami maksudnya. Tidak membolak-balik ke halaman akhir di bagian glosarium untuk mencari arti kata tersebut. Saya pribadi menganggap ini agar lebih jelas maksud dari kata battery, lebih panjang penjelasannya, sedangkan jika diletak di footnote tidak terlalu jelas nantinya.

          Penulis, lewat para tokoh, seolah menanamkan bahwa mimpi bisa saja diraih semua orang. Walau ia memiliki keterbatasan dan dari sebuah kota pelosok sekalipun. Jika kita dapat mengalahkan diri kita sendiri dan mempercayai diri kita sendiri 'bahwa mimpi harus kau percayai agar terwujud'. Dreaming is Believing. Dan kita bersama-sama akan menyerukan, Vincero!!

          Terlepas dari kekurangan dan kelebihan di atas, novel 12 Menit ini sangat layak mendapatkan tempat di rak buku Anda. Terlebih untuk anda yang menyukai novel-novel inspiratif dengan banyak pesan moral dan pelajaran hidup. 4.5 of 5 stars for 12 Menit by Oka Aurora.

Resensi ini diikutsertakan dalam lomba resensi novel 12 Menit : Dreaming is Believing

Sabtu, 27 Juli 2013

Siluet Cinta

Ketika hati mempertanyakan
Aku tak punya jawaban
Bahkan angin merayap di balik senyuman
Dia...
Bagai wahana yang membahagiakan
Tatapannya bagai siluet malam
Aku merasakan getaran yang tak biasa
Sedetik.. Dua detik..
Aku telah mengenalnya dan ingin lebih dekat dengannya

     Lembut alunan waktu
     Memberikan kebahagiaan
     Tapi juga memberi kepedihan
     Keparauan hati
     Kesenangan jiwa
     Ya, aku telah jatuh cinta padanya
     Sekali, dua kali..
     Bahkan berkali-kali
     Tiap aku menatap mata teduhnya
     Lelah hati memikirkannya
     Apakah ia merasakan detak yang sama?

*dilemparin botol aqua*
Heran. Kenapa ya aku gak bisa baca puisi di depan banyak orang? Malu. Gemetaran. Keringat dingin. Mimik muka datar. Sampai-sampai dibilang saya gak punya perasaan eh bukan perasaannya dingin elahhh sejenisnyalah hihi =))

Rabu, 03 Juli 2013

I want to be...What?

Besar jadi apa? Cita-cita? Pertanyaan yang kerap sekali ditanyakan orang dewasa pada anak yang masih usia dini. Dokter, polisi, pilot, punya perusahaan besar, burung, bunga, dan lain-lain yang menjadi jawabannya. Samar, ingatanku teringang pada masa kecil. Ingin menjadi apa bila kelak aku dewasa.

"Nak, besar mau jadi apa nanti?"
"Dokter!"

Pertama kali saat Mama menanyaiku tentang 'besar-mau-jadi-apa' yang terpikir di benakku ialah dokter. Mungkin dulu dokter adalah pekerjaan keren. Ada seperti topi di kepalanya (padahal suster :D). Stetoskop terpasang di telinga. Bisa nyuntik siapa aja. Mengobati orang yang sakit. Mungkin begitulah yang aku pikirkan.
Keren bukan? Hhihi
*
"Cita-citamu apa dek?"
"Angkat besi!"

Semakin bertambah usia, semakin banyak pula yang aku inginkan. Ingin jadi ini itu semuanya. Haha, ya aku dulu pengen jadi angkat besi/binaragawan kaya Ade Ray. Ya ampun.. betapa polosnya dulu saya hahaha. Untung saja saat itu -mungkin- orangtuaku tidak meng'iya'kan (maksudnya memasukkan aku ke gym). Di pikir-pikir kalau itu cita-citaku sekarang, Sabariah? bertubuh kecil tapi ototnya besar? Tidak..Tidak.., mungkin kalau jadi, badanku bakalan besar ya? Hihi
Bayangin Sabariah seperti ini eh tapi
entar gambarnya pakai baju ya :)

*
"Pengen jadi apa nanti, Sayang?"
"Pengen jadi burung, Pa."

Dokter, angkat besi, sekarang burung? Dasar labil :p
Dulu ada film Sherina sama Derby, lupa judulnya. Yang ada nyanyinya begini "andaikan aku punya sayap ku kan terbang jauh mengelilingi angkasa, kan ku ajak ayah bundaku terbang bersamaku melihat indahnya dunia."
Sayap? Terbang? Burung kan!? Nah dulu waktu bilang pengen jadi burung, Papa langsung ketawa. Aku kasih tau alasan seperti lagu itu. Lalu Papa jawab "Mau jadi burung? Burung banyak yang ngincar loh, nanti ditembak, kan mati? Apalagi burung kecil, mana bisa bawa ayah bunda? Gendong diatas kamu? Gimana? Jadi anak Papa pengen jadi apa nih?"
Setelah denger jawaban Papa, aku hanya mengangguk. Bener juga, siapa sih yang nyiptain lagu itu? Huh!
Ahhh bener nih, kalau aku burung mana muat Papa
yang gendut dan Mama yang gendut juga diatasnya? :D

*
"Sa, nanti kamu besar jadi apa?"
"Jadi orang yang bermanfaat. Jadi orang dewasa yang suka tolong menolong."

Ada temen bertanya lagi soal 'besar-mau-jadi-apa'. Langsung aja aku jawab mau jadi orang yang bermanfaat. Dan tebak, apa yang dilakukannya? Yah, dapet hadiah timpukan buku dari dia.

Impian sekarang? Tetap saja masih labil. Masih seperti anak kecil. Tetep pengen jadi ini pengen jadi itu. I'm dreamer girl. Pengen jadi dokter, penulis, desainer terkenal, pembisnis, wanita karir. Jujur saja, mungkin kalau tubuh ini mampu, aku akan melakukan semuanya. Bukan karena uang, tapi karena itu impian, senang rasanya bila tercapai semua. Hihi semoga saja. Amiinn..

Impian sekarang yang benar-benar aku impikan, menjadi anak sholeh, menjadi manusia yang pandai bersyukur, tidak menyia-nyiakan waktu, bersekolah dengan baik, dengan hasil yang memuaskan, masuk jalur undangan kalau bisa beasiswa luar negeri, Singapura atau Jepang. Bekerja. Menikah. Menjalani hidup dengan baik. Menjadi orang dewasa yang layak. Agar Mama disurga sana menatap dengan senyum bangga.

Setiap orang bertanya 'besar-mau-jadi-apa', jujur saja aku menjawab tanpa berfikir. Aku menjawab dari hati, dari apa yang aku inginkan. Menjawab dengan harapan akan terwujud. Menjawab dengan keyakinan akan baik-baik saja. Aku tidak pernah berfikir aku akan gagal, aku gagal meraih apa yang aku impikan. Karena aku yakin semua indah pada waktunya. Kita tinggal usaha, meyakinkan diri, berdoa, bertawakal, mensugesti diri I CAN DO IT. Aku bisa mengejar impianku. Terkadang kalau aku merasa lelah, merasa takut, pejamkan mata sejenak, tarik napas lalu hembuskan, sebut nama ayah bunda, bayangkan wajah lelahnya, senyumnya, tawanya dalam benak, pelan-pelan buka mata, tersenyum, lalu lakukan.

Untuk mengejar impian, kadang kala ada baiknya mempunyai seorang yang ingin kita buat bahagia, bangga sama kita. Contoh, pacar (sisi baiknya). Kalau di kelas ada pacar kamu, otomatis kamu semangat belajarkan? Tidak mau menunjukkan diri kalau kamu bodoh? Benar? Nah seperti itu. Sang penyemangat impian. Seperti aku, Sang Penyemangat Impian ku itu Mama. Sumber dari segalanya. Hanya memikirkannya saja semangatku sudah berkobar ingin memberantas 'penghancur mimpi'. Hihi

Mungkin impianku waktu kecil ingin menjadi burung, mungkin sekarang akan menjadi orang 'seperti' burung. Mempunyai uang banyak, membawa ayah bunda terbang bersamaku di atas pesawat melihat indahnya dunia dari atas sana. Haaahh, it's so beautiful!

Mimpi adalah rancangan masa depan, ingin seperti apa kita waktu bangun. Bermimpilah seindah-indahnya sesuai skenario kehidupan yang kamu mau sebelum kamu tidak akan bangun lagi. Saya Sabariah, inilah Hijau Biru... #plak

Sekarang giliran kak tha dan siapapun yang baca (perasaan ada :D) apa impian sewaktu kecil dan sekarang?

Diikutsertakan dalam Giveaway Tuppy, Buku, dan Bipang di http://www.argalitha.blogspot.com/

Jumat, 21 Juni 2013

'Mungkin' Inilah 10 Motivator Terbaik Di Indonesia

Hai... *nyengir*
Pengen isi-isi blog cuma bingung apa yang mau di isi. Hehe, jadi saya mau ngisi ini *senyum manis*.

Sebelumnya pada tau kan apa itu motivator? Belum ya? Okedeh saya kasih tau.

Motivator adalah orang yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu. (Menurut KBBI)

Mungkin inilah 10 motivator terbaik di Indonesia :

2. Mario Teguh


3. Andrrie Wongso


4. Tung Desem Waringin


5. Krishnamurti


6. Bong Chandra


7. James Gwee


8. Gede Prama


9. Hermawan Kartajaya


10. Christian Adrianto


Kok nomer 1 nggak ada ya Sa? Pada nyadar gak? Takutnya gara-gara liat foto-foto Bapak-Bapak Motivator ini gak sadar, kesemsem :p

Oke, ini jawabannya.

1. DIRI KITA SENDIRI


(numpang narsis '-'bb bareng si Cabby :p)

Motivator terbaik untuk kita adalah DIRI KITA SENDIRI. Tidak ada yang dapat mengubah hidup kita SELAIN diri kita sendiri. Kita semua terlahir sebagai seorang pemenang. Dari jutaan sel sperma, kitalah yang terpilih untuk lahir.

Motivator dari nomer 2 sampai 10 hanyalah pemacu semangat kita. Karena walaupun kita mengikuti jutaan seminar pun, tapi dalam diri kita belum ada niat untuk berubah sama saja dengan NOL. Anda, saya, dan kita semua adalah PEMENANG!!

Sering kita dengar musuh terbesar adalah diri kita sendiri. Itu benar. Kalahkan diri kita sendiri, baru kita mencapai tangga yang lebih tinggi.

Tidak ada kata TERLAMBAT untuk berubah kawan. Jangan lupa berdoa pada Allah Swt agar dimudahkan jalan kita untuk sukses.



Salam manis dari orang manis, '-' (tetep aja narsis -_-)


Sabariah